Mencari aksi seru lainnya?

SBOTOP memiliki banyak hal untuk Anda

Kunjungi www.sbotop.com
untuk melihat game menarik dan penawaran eksklusif

Untuk informasi lebih lanjut:
Email kami di [email protected]

KUNJUNGI SEKARANG

SBOTOP APP Welcome Freebet – ID

Apa Itu Aturan Bosman dalam Dunia Sepak Bola?

Jean-Marc Bosman, seorang gelandang asal Belgia yang kurang dikenal, membawa perubahan besar dalam dunia sepak bola sekitar dua dekade lalu. Perjuangan hukumnya melahirkan aturan Bosman, yang memungkinkan terjadinya beberapa perpindahan pemain besar dalam sejarah sepak bola. Berikut ulasan SBOTOP tentang asal mula aturan Bosman dan dampaknya pada permainan saat ini.

 

SIAPAKAH JEAN-MARC BOSMAN?

Pada tahun 1990, kontrak Jean-Marc Bosman dengan klub Belgia RFC Liege hampir habis. Setelah dua tahun bersama Liege yang tidak berjalan sesuai harapan, klub Prancis Dunkirk dari divisi kedua menawarkan kontrak yang lebih baik. Namun, saat itu, pemain tidak bisa meninggalkan klubnya meski kontraknya habis tanpa persetujuan klub atau jika klub lain membayar kompensasi.

Liege meminta harga yang terlalu tinggi untuk Dunkirk, sehingga kesepakatan batal dan gaji Jean-Marc Bosman di Liege dipotong sekitar 75%. Lima tahun pertempuran hukum pun dimulai, hingga akhirnya pada 15 Desember 1995, aturan Bosman diberlakukan dan mengubah wajah sepak bola.

 

PERJUANGAN BOSMAN MELAWAN KLUB

Jean-Marc Bosman, bersama pengacara Luc Misson dan Jean-Louis Dupont, membawa kasus ini ke Pengadilan Eropa dengan dasar Traktat Roma 1957, yang melindungi hak kebebasan bergerak bagi pemain di Eropa. Namun, karier Bosman terhenti setelah hanya sempat bermain singkat di beberapa klub kecil di Prancis dan liga bawah lainnya.

Jean-Marc Bosman mendapat larangan dari federasi sepak bola Belgia karena menolak menandatangani kontrak baru dengan gaji rendah di Liege, sementara klub lain tidak tertarik merekrutnya. Meski begitu, hasil putusan 1995 memberikan dampak jangka panjang bagi dunia sepak bola.

 

ATURAN BOSMAN

Keputusan tersebut memberikan hak bagi pemain untuk meninggalkan klub secara cuma-cuma setelah kontrak habis, dan memungkinkan mereka menuntut gaji serta bonus lebih besar dari klub lain. Pemain yang mendekati akhir kontrak juga bisa menegosiasikan kontrak lebih baik dengan klubnya, yang sering kali enggan kehilangan mereka secara gratis. Aturan ini juga memunculkan peran agen dalam negosiasi pemain. Namun, aturan Bosman juga menimbulkan ketimpangan, di mana hanya beberapa klub kaya yang mampu membeli pemain dengan nilai tinggi, sedangkan klub kecil kesulitan bersaing.

 

PEMAIN YANG DIUNTUNGKAN OLEH ATURAN BOSMAN

Beberapa pemain yang memanfaatkan aturan Bosman untuk berpindah klub secara gratis di antaranya adalah Steve McManaman (dari Liverpool ke Real Madrid pada 1999), Brian Laudrup (dari Rangers ke Chelsea pada 1998), serta Edgar Davids dan Patrick Kluivert (dari Ajax ke AC Milan pada 1996 dan 1997). Selanjutnya, ada Michael Ballack (dari Bayern Munich ke Chelsea pada 2006), Andrea Pirlo (dari AC Milan ke Juventus pada 2011), dan Robert Lewandowski (dari Borussia Dortmund ke Bayern Munich pada 2014). Hingga kini, banyak pemain besar yang terus mendapatkan keuntungan dari aturan ini, yang tetap menjadi bagian penting dalam sepak bola modern.

 

KASUS LASSANA DIARRA

Kasus Lassana Diarra melibatkan perselisihan antara mantan gelandang klub Lokomotiv Moscow ini dengan FIFA terkait sistem transfer pemain, yang kini akan diputuskan oleh Pengadilan Uni Eropa (CJEU). Putusan ini bisa berpotensi mengubah sistem transfer sepak bola, mirip dengan dampak peraturan Bosman di masa lalu.

Permasalahan ini bermula ketika Lassana Diarra berselisih dengan Lokomotiv Moscow mengenai gajinya pada 2014, yang membuat klub memutuskan kontraknya karena dianggap melanggar perjanjian. Diarra diminta membayar kompensasi sebesar €10,5 juta, tetapi ia justru menggugat kembali. Klub Belgia, Charleroi, menawarkan kontrak kepada Diarra, namun mereka meminta jaminan dari FIFA agar tidak menanggung biaya kompensasi yang diwajibkan kepada Diarra.

FIFA menolak memberikan jaminan ini, dan karena Lokomotiv tidak menerima pembayaran, transfernya tertahan. Akhirnya, Diarra menggugat FIFA dan liga Belgia pada Desember 2015, menuntut kerugian finansial akibat situasi ini.

Jika pengadilan memutuskan mendukung Diarra, aturan FIFA mungkin harus berubah, memungkinkan pemain lebih mudah mengakhiri kontrak tanpa konsekuensi finansial, serta lebih bebas berpindah ke klub lain. Namun, jika pengadilan mendukung FIFA, sistem transfer saat ini akan tetap berlaku. Putusan di antara kedua hasil tersebut juga mungkin terjadi, dengan perubahan teknis yang memperketat pembuktian keterlibatan klub pembeli dalam pelanggaran kontrak tanpa “alasan yang sah”.

Dampak dari keputusan ini bisa signifikan. Jika FIFA kalah, pemain dan agen akan memiliki posisi tawar lebih kuat dalam negosiasi kontrak, yang bisa menyebabkan lebih banyak pelanggaran kontrak dan ketidakpastian soal biaya transfer. Ini bisa mempersulit klub-klub kecil yang bergantung pada transfer pemain sebagai sumber pemasukan, sekaligus memberikan keuntungan lebih bagi klub besar yang memiliki sumber daya lebih untuk meyakinkan pemain mengakhiri kontrak mereka.

 

SIKAP FIFA

Setelah pengadilan Uni Eropa memenangkan kasus Lassana Diarra melawan FIFA, badan sepak bola dunia ini akan mengadakan konsultasi global untuk mempertimbangkan perubahan pada aturan transfer. Diarra, mantan gelandang Chelsea dan Arsenal, memenangkan gugatannya terkait kompensasi atas pelanggaran kebebasan bergerak yang diakibatkan aturan FIFA.

Aturan FIFA mengharuskan klub yang merekrut pemain bebas transfer untuk membayar kompensasi kepada klub sebelumnya jika kontrak pemain tersebut berakhir tanpa sebab jelas. Dalam kasus Diarra, setelah kontraknya dengan Lokomotiv Moscow diputus pada 2014, ia kesulitan mendapatkan sertifikat transfer internasional (ITC) yang dibutuhkan untuk pindah ke Charleroi pada 2015. Pengadilan menyatakan bahwa aturan FIFA ini membatasi kebebasan pemain untuk berpindah klub. Sebagai respons, FIFA berencana memulai “dialog global” dengan berbagai pemangku kepentingan sepak bola untuk mempertimbangkan perubahan aturan ini. Menurut Kepala Hukum dan Kepatuhan FIFA, Emilio Garcia Silvero, keputusan Diarra membuka peluang bagi FIFA untuk memperbarui kerangka peraturannya, yang sejalan dengan tujuan presiden FIFA sejak 2016. FIFA menegaskan bahwa prinsip-prinsip utama dalam sistem transfer akan tetap berlaku, tetapi modifikasi akan disusun berdasarkan masukan dari semua pihak terkait.

   

●●●

Kunjungi halaman blog kami untuk membaca berita SEPAK BOLA dan informasi pasaran taruhan

Selalu menjadi yang terdepan dalam mendapatkan informasi seputar olahraga dan bursa taruhan

Ikuti kami di Facebook, Twitter, Instagram dan Youtube

Chat Langsung